Minggu, 12 April 2009

Pahlawan Minahasa


DR. G. SS. Y. Ratulangi (1890-1949)

Gerungan Saul Samuel Yacob Ratulangi yang lebih dikenal dengan nama Sam Ratulangi lahir pada 5 November 1890 di Tondano, Sulawesi Utara. Setelah menamatkan Hoofden School (Sekolah Raja) di Tondano, ia meneruskan pelajarannya ke sekolah tehnik (KWS) di Jakarta.
Pada tahun 1915 ia berhasil memperoleh ijazah guru ilmu pasti untuk Sekolah Menengah dari negeri Belanda dan empat tahun kemudian memperoleh gelar dokter Ilmu Pasti dan Ilmu Alam di Swiss. Di negeri Belanda ia menjadi Ketua Perhimpunan Indonesia dan di Swiss menjadi Ketua Organisasi Pelajar-pelajar Asia.

Awal Agustus 1945 Ratulangi diangkat menjadi anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia. Setelah RI terbentuk, ia diangkat menjadi Gubernur Sulawesi yang pertama. Ia ditangkap Belanda dan dibuang ke Serui, Irian Jaya.

Pada 30 Juni 1949, Sam Ratulangi meninggal dunia di Jakarta dalam kedudukan sebagai tawanan musuh (Belanda). Jenazahnya kemudian dimakamkan di Tondano.

Bermulanya Minahasa dikenal di Peta Dunia


Oleh: Harry Kawilarang

Simon Kos, seorang Belanda, pejabat VOC di Ternate pada tahun 1630 memasuki tanah Minahasa dibawah pengaruh Spanyol. Kos melaporkan hasil perjalanannya kepada Batavia yang waktu itu menjadi pusat pemerintahan dibawah kekuasaan persekutuan dagang, ‘Verenigde Oost-Indiesche Compagnie.” Kos melaporkan bahwa Sulawesi Utara cukup potensial, baik lahan maupun posisi letaknya strategis sebagai jalur lintas rempah-rempah dari perairan Maluku menuju Asia-Timur. Lagi pula jalur lintas niaga laut lebih tenang bagi pelayaran kapal-kapal kayu dibanding melalui Laut Cina Selatan. Kos melaporkan bahwa kehadiran Spanyol di Laut Sulawesi hingga perairan Maluku Utara merupakan ancaman bagi kepentingan niaga VOC bila ingin menguasai gudang rempah-rempah kepulauan Maluku.

Laporan Simon Kos mendapat perhatian dari Jan Pieter Zoon Coen, Gubernur-Jendral VOC di Batavia yang ingin mengusir Spanyol dari kepulauan Maluku Utara guna melakukan monopoli. Usaha perluasan pengaruh di Laut Sulawesi memperoleh peluang bagi VOC terjadi disaat penduduk Minahasa berjuang menghadapi kolonialisme Spanyol. Minahasa mengalami rawan sosial, dan wanita setempat menjadi korban pemerkosaan dari para musafir Spanyol.

Masa itu VOC memperoleh dukungan dari pemerintahannya yang dilanda trauma kolonialisme Spanyol di Eropa Utara, termasuk Belanda. Invasi itu menyebabkan Belanda perang kemerdekaan di pertengahan abad ke-16 yang mashur dengan sebutan Perang 80 tahun. Spanyol kalah, dan kekalahannya berlanjut hingga Asia-Timur dan Asia-Tenggara serta kawasan Pasifik Barat-Daya. Selain dengan Spanyol, Belanda juga memusuhi Portugis yang juga menjadi saingannya dalam usaha perluasan koloni. Yang terakhir ini juga berlomba adu pengaruh dengan Spanyol memperebutkan gudang produksi rempah-rempah di Maluku sebelum pembentukan pemerintahan gabungan Portugis-Spanyol pada 1580.

Menado Dalam Peta Dunia

Pengenalan tanah Minahasa oleh bangsa-bangsa Barat diawali dengan kedatangan musafir Spanyol pada 1532. Bermula sejak bandar Malaka didatangi kapal-kapal Portugis pimpinan D'Abulquergue pada 1511 membuka jalur laut menuju gugusan kepulauan Maluku. Jalur ini kemudian baru dimapankan pada 1521. Sebelumnya kapal-kapal Spanyol pimpinan Ferdinand Magelhaens merintis pelayaran dalam usaha tujuan serupa yang dilakukan Portugis. Bedanya jalur ini dilakukan dari ujung benua Amerika-Selatan melintasi samudera Pasifik dan mendarat di kepulauan Sangir Talaud di laut Sulawesi.

Sebelum menguasai kepulauan Filipina pada 1543, Spanyol menjadikan pulau Manado Tua sebagai tempat persinggahan untuk memperoleh air tawar. Dari pulau tersebut kapal-kapal Spanyol memasuki daratan Sulawesi-Utara melalui sungai Tondano.

Hubungan musafir Spanyol dengan penduduk pedalaman terjalin melalui barter ekonomi bermula di Uwuran (sekarang kota Amurang) ditepi sungai Rano I Apo. Perdagangan barter berupa beras, damar, madu dan hasil hutan lainnya dengan ikan dan garam.

Gudang Kofi

Minahasa menjadi penting bagi Spanyol, karena kesuburan tanahnya dan digunakan Spanyol untuk penanaman kofi yang berasal dari Amerika-Selatan untuk dipasarkan ke daratan Cina. Untuk itu di-bangun Manado sebagai menjadi pusat niaga bagi pedagang Cina yang memasarkan kofi kedaratan Cina. Nama Manado dicantumkan dalam peta dunia oleh ahli peta dunia, Nicolas_Desliens‚ pada 1541. Manado juga menjadi daya tarik masyarakat Cina oleh kofi sebagai komoditi ekspor masyarakat pedalaman Minahasa. Para pedagang Cina merintis pengembangan gudang kofi (kini seputar Pasar 45) yang kemudian menjadi daerah pecinan dan pemukiman. Para pendatang dari daratan Cina berbaur dan berasimilasi dengan masyarakat pedalaman hingga terbentuk masyarakat pluralistik di Minahasa bersama turunan Spanyol, Portugis dan Belanda.

Kemunculan nama Manado di Sulawesi Utara dengan berbagai kegiatan niaga yang dilakukan Spanyol menjadi daya tarik Portugis sejak memapankan posisinya di Ternate. Untuk itu Portugis melakukan pendekatan mengirim misi Katholik ke tanah Minahasa pada 1563 dan mengembangkan agama dan pendidikan Katholik.

Lomba Adu Pengaruh di Laut Sulawesi

Sebenarnya kedatangan Portugis ke Minahasa adalah kehendak kesultanan Ternate yang waktu itu berada dibawah kepemimpinan Sultan Hairun yang mengklaim bahwa Sulawesi-Utara sebagai fazal ekonomi kesultanan yang diganggu Spanyol. Sultan Hairun juga menggunakan kekuatan Portugis untuk "menjinakkan" masyarakat "Alifuru" yang tidak ingin tunduk kepada kepemimpinan kesultanan Ternate.

Kedatangan para musafir Portugis diterima dengan tangan terbuka oleh penduduk setempat, tetapi tidak disenangi Spanyol, karena menjadi saingan. Dilain pihak penduduk setempat tidak menyenangi Spanyol karena sering membuat onar, apalagi merusak sentra-sentra budaya masyarakat pedalaman. Persaingan Spanyol dengan Portugis memuncak hingga Minahasa menjadi ajang konflik. Pertikaian berakhir dan Spanyol memperoleh konsesi di Sulawesi Utara ketika Spanyol dan Portugis menjadi kesatuan dibawah kepemimpinan raja Spanyol pada 1580.

Penetrasi Budaya dan Agama

Minahasa yang semula merupakan tempat persinggahan, oleh Spanyol menjadi pangkalan penting guna menguasai Filipina dan dipusatkan di Manado dan Amurang. Juga dijadikan sebagai pusat logistik bahan-bahan pangan guna menunjang personal mereka di kepulauan Cebu (Filipina) dan Maluku. Hal ini terjadi setelah gudang produksi beras daerah Kali ditepi Danau Tonsawang milik masyarakat "Alifuru" dikuasai Spanyol. Sedangkan gudang beras di Tondano diperolehnya dengan jalan damai. Sebab para walak yang memimpin Tondano dikenal sangat ketat dan memberi perlawanan sengit terhadap penetrasi luar yang merugikan wilayahnya.

Spanyol tidak ingin mengambil risiko untuk berkonfrontasi dengan Tondano agar tidak membahayakan eksistensinya di Laut Sulawesi guna merebut Filipina dibawah kekuasaannya. Untuk itu Spanyol melakukan pendekatan atas dasar persamaan hak dengan para pemuka masyarakat penghuni sekitar tepi danau Tondano.

Persaingan Adi-Kuasa Eropa dikawasan Laut Sulawesi hingga perairan Laut Maluku Utara untuk menguasai kepulauan Maluku penghasil rempah-rempah mulai berkembang sejak awal abad ke-17. Persaingan itu telah mengganggu ketenteraman masyarakat Sulawesi-Utara dari lomba pengaruh yang bermula antara Spanyol dengan Portugis. Posisi Minahasa menonjol sebagai kantong ekonomi terutama sebagai produsen beras oleh berbagai kerajaan diseputar Laut Sulawesi dan Laut Ternate.

Pedalaman Minahasa yang kaya sebagai lumbung beras yang dimiliki masyarakat "Alifuru" diseputar danau Tondano tidak tersentuh oleh penetrasi luar.

Spanyol dan Portugis secara bertahap memperluas pengaruh budaya Hispanik dan menyebarkan agama Katolik di pedalaman tanah Minahasa hingga memungkinkan baginya menguasai pedalaman Sulawesi-Utara.

Penetrasi diplomasi agama dan budaya hingga Spanyol berhasil membentuk dan menguasai jaringan niaga bagi penyaluran hasil produksi komoditi pedalaman Minahasa. Akibatnya tata-niaga penduduk setempat mengalami rasa ketergantungan dari Spanyol. Pendekatan diplomasi budaya dan agama yang berlanjut dengan menguasai tata-niaga perdagangan berkembang menjadi kolonialisme hingga Spanyol tidak disenangi penduduk setempat karena menimbulkan berbagai akibat buruk oleh dominasi ekonomi dan kehidupan sosial dan selama hampir satu abad.

Pertentangan Eropa Selatan- Eropa Utara di Laut Sulawesi

Keadaan berubah di abad ke-17 ketika Belanda dan Inggris mulai memperlihatkan supremasi di Asia-Tenggara dan perairan Maluku. Sejak itupun Sulawesi Utara menjadi penting bagi VOC yang berkedudukan di Batavia dan ingin memperluas pengaruh hingga Maluku Utara. Sebab kawasan ini sangat strategis untuk mengawasi Laut Sulawesi terhadap ancaman dari utara. Peranan kota Manado sejak pendudukan Spanyol mulai menonjol sebagai pusat logistik bahan pangan, terutama komoditi beras yang dihasilkan pedalaman Minahasa. Kapal-kapal VOC untuk pertama kali memasuki bandar Manado pada 1607 untuk membeli beras dan bahan pangan lainnya yang diperlukan sebagai bekal bagi perjalanan menuju daratan Cina. Namun tidak memperoleh hasil karena larangan Spanyol yang telah menguasai niaga Sulawesi-Utara.

Pada 1607 Gubernur Cornelis Mattelief dari Batavia mengutus Jan Lodewijk Rossingeyn menjalin hubungan niaga, namun ditolak oleh Spanyol. Usaha pendekatan dilanjutkan pada 1610 ketika pimpinan VOC di Batavia mengutus Kapten Verhoeff yang juga gagal. Verhoeff memberi laporan lengkap mengenai potensi yang dimiliki Minahasa hingga menarik minat Batavia untuk menguasai Sulawesi Utara bagi kepentingan keamanan VOC di Maluku.

Pihak VOC mulai melakukan konsolidasi kekuatan untuk merebut Laut Sulawesi dari Spanyol dipusatkan di Ambon. Pertempuran singkat Spanyol-Belanda berkecamuk pada bulan Agustus 1614 dikepulauan Siau dengan kemenangan Belanda. Setelah kekalahan di Siau, Spanyol memusatkan kekuatannya di Manado. Untuk menghadapi serbuan Belanda, dibangun membangun sebuah benteng dipesisir kota itu yang berhadapan dengan pulau Manado Tua.

Kekalahan di Siau menurunkan citra Spanyol di kalangan penduduk sekitar Laut Sulawesi hingga memperlemah posisinya di Maluku-Utara. Tetapi menguntungkan posisi VOC memperluas pengaruh di Maluku-Utara dengan Kesultanan Ternate. Kemenangan gemilang dimungkinkan karena VOC sebelumnya menjalin hubungan persahabatan dengan para pemuka kesultanan pada 1607 yang dendam terhadap Spanyol. Hal ini terjadi karena Spanyol menangkap Sultan Sahid Berkat dan diasingkan ke Manila. Pihak kesultanan Ternate mendekati Belanda sebagai pengimbang menghadapi kekuatan Spanyol. Jaminan keamanan dari VOC diperoleh Ternate ketika putera Sahid, Sultan Modafar diangkat menduduki singgasana kepemimpinan pada 1610 tanpa gangguan Spanyol.

Diplomasi Minahasa

Kehadiran Belanda dan Inggris sebagai Adi-Kuasa di perairan Maluku memberi angin bagi para walak tanah Minahasa untuk mengusir Spanyol dari Minahasa dengan melakukan pendekatan kepada pihak Belanda yang telah menguasai Ternate setelah berhasil menyingkirkan kekuatan Portugis diperairan Maluku. Pendekatan terjadi ketika tiga kepala walak masing-masing: Supit, Paat‚ dan Lontoh‚ melakukan misi diplomasi dan berhasil menemui perwakilan VOC di Ternate pada 1630. Sebelum memerangi Spanyol, pihak VOC mendekati Inggris untuk tidak mencampuri. Karena Inggris juga memiliki pengaruh dibeberapa kepulauan Maluku dan hubungan antara Belanda dengan Inggris cukup akrab karena sama-sama memusuhi Spanyol dan Portugis saling berlomba melakukan perluasan pengaruh di kawasan Asia-Pasifik.

Inggris sepakat membiarkan Belanda mengusir Spanyol dari Sulawesi-Utara terutama dari tanah Minahasa. Pada awal abad ke-17 Inggris dan Belanda saling bahu membahu melakukan pengembangan usaha menuju Asia-Tenggara sebagai hasil solidaritas mengusir penjajahan Spanyol dari Eropa Utara. Pengembangan East India Company yang didirikan oleh Inggris tidak beda dengan VOC. Perluasan persekutuan dagang Belanda dan Inggris sempat dihambat oleh Spanyol dan Portugis yang merupakan saingan. Namun kedua negeri Hispanik ini tidak berdaya membendung kekuatan armada laut asal Eropa-Utara ini, hingga kehilangan pengaruh di Maluku. Tetapi jalinan hubungan akrab Belanda-Inggris tidak abadi dan berakhir dengan konfrontasi akibat penyakit monopoli menguasai rempah-rempah. Persaingan serupa juga dialami antara Spanyol dengan Portugis hingga sejak abad ke-17 kawasan Asia-Tenggara menjadi lomba konflik para Adi-Kuasa asal Eropa.

Usaha para walak membawa hasil memupuskan kekuasaan Spanyol di tanah Minahasa. Spanyol kehilangan dominasi terhadap Laut Sulawesi antara penguasa Spanyol dengan Belanda di Eropa melalui Perjanjian Munster‚ pada tahun 1648.

Sengketa Belanda-Spanyol di Minahasa

Pengaruh VOC di Sulawesi Utara tidak disenangi Spanyol. Sebab Spanyol telah menanamkan modal dengan pengembangan berbagai komoditi pertanian ekspor seperti kofi, pisang dan kopra di Sulawesi-Utara. Komoditi ini merupakan potensi niaga dengan Asia-Timur, terutama daratan Cina. Untuk itu dikirim Bartholomeus de Soisa dari Filipina mempertahankan posisi Sulawesi-Utara terutama tempat penghuni masyarakat Minahasa. Spanyol menduduki daerah Uwuran dan beberapa tempat dipesisir pantai pada 1651 dengan bantuan prajurit asal Makassar. Karena yang terakhir ini mengklaim Sulawesi-Utara sebagai bagian dari wilayah kesultanan Makassar. Pendudukan ini menimbulkan reaksi Belanda di Ternate. Dibawah pimpinan Simon Kos, pada akhir 1655 kekuatan Belanda mendarat di muara sungai dan langsung membangun benteng.

Pembangunan Benteng ‘De_Nederlandsche_Vastigheit‚’ dari kayu-kayu balok sempat menjadi sengketa sengit antara Spanyol dengan Belanda. Kos berhasil meyakinkan pemerintahannya di Batavia bahwa pembangunan benteng sangat penting untuk mempertahankan posisi Belanda di Laut Sulawesi. Dengan menguasai Laut Sulawesi akan mengamankan posisi Belanda di Maluku dari Spanyol.

Setelah memperoleh dukungan sepenuhnya dari Batavia, Kos berlayar menuju Manado disertai dua kapal perang Belanda, Molucco dan Diamant pada awal 1661 dari Ternate. Kekuatan ini mengalahkan Spanyol dan Makassar hingga di Manado hingga Amurang pada bulan Februari 1661. Belanda memapankan pengaruhnya di Sulawesi-Utara dan merubah benteng semula dengan bangunan permanen dari beton. Benteng ini memperoleh nama baru, ‘Ford Amsterdam‚’ dan diresmikan oleh Gubernur VOC dari Ternate, [1]Cornelis Francx‚ pada 14 Juli 1673 (Benteng terletak dikota Manado dibongkar oleh Walikota Manado pada 1949 - 1950). Sejak saat itu Spanyol memusatkan koloninya di Filipina sebagai basis kepentingan ekonomi di Asia-Timur. Kolonialisme Spanyol di Filipina berakhir dan diserahkan Amerika Serikat pada 1896 akibat kalah dalam perang AS-Spanyol pantai Barat Amerika-Utara.

Diplomasi para walak mendekati Belanda berhasil mengusir Spanyol dari Minahasa. Namun konsekwensi yang harus dialami adalah rintisan jalur niaga laut di Pasifik hasil rintisan Spanyol sejak abad ke-17 terhenti dan mempengaruhi perekonomian Sulawesi Utara. Sebab jalur niaga ini sangat bermanfaat bagi penyebaran komoditi eskpor ke Pasifik. Sejak itupun pelabuhan Manado menjadi sepi dan tidak berkembang yang turut mempengaruhi pengembangan kawasan Indonesia bagian Timur hingga Pasifik Barat Daya. Dilain pihak, pelabuhan Manado hanya menjadi persinggahan jalur niaga dari Selatan (berpusat di Surabaya, Tanjung Priok yang dibangun oleh Belanda sejak abad ke-XVIII) ke Asia-Timur melalui lintasan Selat Makassar. Itupun hanya digunakan musiman saat laut Cina Selatan tidak di landa gelombang ganas bagi kapal-kapal. Sedangkan semua jalur niaga Asia-Timur dipusatkan melalui Laut Cina Selatan, Selat Malaka, Samudera Hindia, Tanjung Harapan Atlantik-Utara yang merupakan pusat perdagangan dunia.

Sebagai akibatnya kegiatan hubungan ekonomi diseputar Laut Sulawesi secara langsung dengan dunia luar praktis terlantar. Karena penyaluran semua komoditi diseluruh gugusan nusantara melulu diatur oleh Batavia yang mengendalikan semua jaringan tata-niaga dibawah kebijakan satu pintu. Penekanan ini membawa derita berkepanjangan bagi kegiatan usaha penduduk pedalaman Minahasa.

Pergeseran pengaruh kekuasaan dari Spanyol kepada Belanda telah merubah sistem tata-niaga dimana komoditi Sulawesi-Utara tidak dapat berhubungan langsung dengan berbagai pasaran dipaparan Pasifik. Jaringan niaga Laut Sulawesi di Asia-Timur dan rintisan jalur niaga Pasifik yang menghubungkan kawasan ini dengan daratan benua Amerika oleh Spanyol praktis tertutup. Semua komiditi ekspor ekonomi penduduk Sulawesi-Utara dikendalikan melulu dari Batavia diciptakan sejak zaman VOC dilanjutkan oleh pemerintahan Hindia-Belanda sebagai penguasa tunggal terhadap imperium kolonial terbesarnya di Asia-Tenggara.

Namun tekanan ini menimbulkan motivasi tersendiri bagi masyarakat Minahasa mempertahankan eksistensi keberadaannya dengan pengembangan diplomasi seperti yang dilakukan para Walak Minahasa dalam cara menghadapi kolonialisme Barat.

Terlepas dari penderitaan yang dialami Minahasa dari penjajahan baik Spanyol maupun Portugis, namun hikmah dari kolonialisme Eropa hingga Minahasa mengenal pengetahuan westernisasi. Pengetahuan ini dijadikan sebagai senjata penangkal terhadap penetrasi kolonialisme Barat dengan menggunakan pengetahuan Barat.

Bermulanya Pertentangan VOC Dengan Pemerintah Belanda

Ternyata penyakit lomba monopoli menjadi penyebab hingga dampak dari perang 80 tahun di Eropa-Utara oleh rumpun Hispanik berkembang di Asia-Timur dan Tenggara dan masing-masing saling berlaga lomba adu pengaruh. Walau satu benua, tetapi masing-masing memiliki persepsi saling berbeda agama. Pengaruh reformasi agama di Eropa-Utara hingga perbedaan dengan Eropa-Selatan turut berperan. Hal ini terlihat dari gaya terapan kolonialisme "Pax Europeana" dikawasan ini, yang mana masing-masing memiliki caranya sendiri. Begitu pula dalam pengembangan unsur agama dan penyebaran Kristenisasi diberbagai koloni. Koloni-koloni Spanyol dan Portugis dialiri pengembangan Jesuitisme, sedangkan Belanda dan Jerman mengembangkan Protestantisme.

Di Minahasa mulanya berkembang Katolik pada era [1]Conquistadores‚ antara Spanyol dan Portugis yang pernah membagi peta bumi dalam dua bagian dan memperoleh titik temunya di perairan Halmahera. Kekalahan Spanyol dan Portugis dari Belanda digugusan nusantara (kecuali Filipina dan kepulauan Nusa Tenggara-Timur dan Timor-Timur) dan Pasifik Barat-Daya (penyerahan Irian dari Spanyol kepada Jerman) posisi geografi kolonialisme Eropa mengalami perubahan sejak abad ke-19. Asia-Tenggara, Laut Sulawesi, Maluku hingga Pasifik Barat-Daya bebas dari kolonialisme Spanyol dikuasai Belanda, Amerika-Serikat dan Jerman (hingga 1918).

Mulanya VOC menghendaki gugusan Nusantara melulu menjadi garapan ekonomi sesuai fungsi dari [1]Hak Oktroi‚ yang diperolehnya ketika lembaga ini didirikan pada tahun 1602 melalui persetujuan Staten-General.‚ VOC langsung berada dibawah pengawasan dari ‘Heren Zeventien,’ yang menempatkan wakil dari masing-masing provinsi di Belanda menanam modal terwujudnya usaha dagang sekaligus penunjang ekonomi di negeri Belanda yang dibentuk awal abad ke-17 di Amsterdam. Namun pertentangan berkembang ketika ‘Staten-General‚’ yang merupakan lembaga eksekutif tertinggi Belanda pada 1617 memutuskan melakukan pengembangan Kristenisasi diberbagai wilayah yang dikuasai VOC. Hal ini dilakukan guna mengimbangi Spanyol dan Portugis yang ketika itu mengembangkan agama Katolik diberbagai koloninya di Asia-Timur hingga Pasifik. Pengembangan agama dilakukan dengan dibangunnya berbagai sarana pendidikan Kristen dan gereja. Hadirnya pengembangan agama Kristen yang dikehendaki oleh pihak Staten-General tidak disenangi VOC yang ternyata memiliki persepsi sendiri dalam cara mengembangkan kekuasaannya terhadap imperium terbesarnya digugusan kepulauan nusantara.

WAKAN SEKARANG

Oleh: Gbl. Maxie M. Rumagit, MA

Wakan adalan sebuah desa kecil di Minahasa, Sulawesi Utara. Dari banyak informasi yang dapat digali tentang desa Wakan, barangkali istilah "Wale Pinaesaan E Wakan" inilah yang paling menarik untuk disimak. Terlebih di era globalisasi sekarang ini, yang walaupun di satu sisi merupakan era yang sarat dengan beragam kemajuan science dan tehnologi, tetapi juga di sisi lain egoisme pertentangan individu dan kelompok semakin tajam di antara sesama dan latar belakang kelompok manusia. Itulah sebabnya, istilah "Wale Pinaesaan E Wakan", yang berarti Rumah Persatuan penduduk Desa Wakan, itu merupakan isu tempo doeloe yang menjadi amat penting untuk disimak dan dan digumuli lebih serius lagi pada dewasa ini.

Istilah "Wale Pinaesaan E Wakan" itu, sejatinya telah menjadi nama dari satu-satunya bangunan gedung gereja yang berdiri megah di desa ini. Filosofi yang terkandung dalam istilah tersebut, menunjukkan bahwa siapapun yang menjadi penduduk desa Wakan, sekalipun berbeda latar belakang satu dengan yang lain, mereka sepakat untuk saling menghormati dan saling membantu untuk kemajuan bersama, dan bahwa gedung gereja itu menjadi simbol persatuan tersebut. Di sini menegaskan, bahwa penduduk desa Wakan bukan hanya soal status iman mereka adalah pengikut Kristus (Kristen), tetapi orang-orang Wakan juga berupaya untuk mengaktualisasikan kepengiringan mereka kepada Kristus dengan membangun persekutuan dan persaudaraan yang rukun di antara mereka.

Menyimak dengan baik apa yang menjadi ajaran Kristus, ternyata telah membawa masyarakat desa wakan kepada subuah nilai yang paling mendasar dalam menjalani hidup sebagai ciptaan Allah di antara sesama. Di desa Wakan, sebagaimana masyakakat minahasa pada umumnya, tidaklah mengenal sistim strata atau kelas bagi warga masyarakatnya. Sesuai dengan ajaran iman Kristen, semua manusia adalah sama di mata Tuhan Allah, yang telah menciptakan mereka menurut citra Allah sendiri. Tetapi, di balik itu, bahwa semua manusia itu jugalah yang telah sama-sama jatuh terjerembab tak berdaya dalam dosa dan ikatan kuasa maut. Dan oleh karena itu, mereka juga sama-sama memerlukan anugerah pengampunan, melalui penebusan dosa sebagaimana hal itu telah dikerjakan oleh Yesus Kristus bagi semua orang. Yesus telah mati di kayu salib di Golgota, untuk menggatikan penghukuman yang seharusnya kita jalani. Ia telah mengambil bagi diri-Nya penghukuman itu, melalui kematian-Nya itu, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya diselamatkan atau terhindar dari penghukuman kekal. Kuasa Kebangkitan Kristus dari antara orang mati adalah jaminan bagi keselamatan itu.

Kesadaran masyarakat Wakan ini, terus tumbuh dengan subur, sehingga menjadi kekuatan pertahanan yang ampuh dalam menghadapi ancaman perpecahan. Dan itu telah terbukti, bahwa persaudaraan dan persatuan sejati masyarakat Wakan, yang disimbolkan dengan nama yang terpampang di gedung gereja itu, telah menorehkan goresan penting dalam sejarah kemanusiaan dan perjuangan Kebangsaan bagi Kemerdekaan Indonesia. Di tahun 1933, tepatnya tanggal 29 Oktober, masyarakat Wakan melalui B.W. Lapian, memproklamirkan gereja merdeka, lepas dari Indische Kerk (gereja negara), yang menjadi kaki tangan Kolonialisme, Belanda. Di tanggal 29 Oktober 1933 itu jugalah, lahirlah sebuah gereja Nasional yang bernama Kerapatan Gereja Protestan Minahasa (KGPM). B.W. Lapian, yang memimpin dikumandangkannya gereja Nasional di Wakan ini, adalah seorang Nasionalis sejati, pejuang bangsa, yang rela mengorbankan kesenangan dan kenyamanan hidup pribadinya bagi kepentingan banyak orang. Sikap beliau ini ternyata dengan mudah berintegrasi dengan semangat persatuan dan kepedulian akan sesama yang memang tumbuh subur di masyarakat desa Wakan saat itu.

"Wale Pinaesaan E Wakan", terbukti menjadi spirit dan motivasi lahirnya sebuah karya iman dalam kepentingan sesama dan perjuangan Kebangsaan di negeri Pancasila ini. Orang Wakan, patut berbangga dengan prestasi mulia ini. Namun yang terpenting adalah bagaimana spirit dari filosofi "Wale Pinaesaan E Wakan" itu terus dijaga dan dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat di desa Wakan dan dalam kehadiran orang-orang dari Wakan di negeri perantauan. Demikian juga, kiranya orang-orang Wakan boleh berharap agar semangat "Wale Pinaesaan E Wakan" ini, menjadi semangat bagi masyarakat banyak, bagi Indonesia, terutama dalam terus menjaga dan memelihara Negera Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), yang keberadaannya sekarang ini sedang terancam bubar. Tuhan Yesus berkata: "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah" (Matius 5:9).

Jayalah terus desa Wakan, jayalah terus dalam beribadah kepada Kristus sebagai sumber persatuan dan damai, jayalah terus Indonesia. Terpujilah Tuhan Yesus Kristus, Juruselamat.

KESEHATAN

Kenali Penyebab dan Jenis Vertigo

Vertigo adalah keadaan pusing yang dirasakan luar biasa. Seseorang yang menderita vertigo merasakan sekelilingnya seolah-olah berputar, ini disebabkan oleh gangguan keseimbangan yang berpusat di area labirin atau rumah siput di daerah telinga.

Perasaan tersebut kadang disertai dengan rasa mual dan ingin muntah, bahkan penderita merasa tak mampu berdiri dan kadang terjatuh karena masalah keseimbangan.

Keseimbangan tubuh dikendalikan oleh otak kecil yang mendapat informasi mengenai posisi tubuh dari organ keseimbangan di telinga tengah dan mata. Vertigo biasanya timbul akibat gangguan telinga tengah dan dalam atau gangguan penglihatan.

Vertigo terjadi bukan karena faktor keturunan, namun ada beberapa faktor yang menyebabkan vertigo seperti karena serangan migren, radang pada leher, mabuk kendaraan, infeksi bakteri pada telinga dan kekurangan asupan oksigen ke otak.

Ada beberapa jenis obat dapat menyebabkan timbulnya vertigo. seperti kina, streptomisin, dan salisilat, diketahui dapat menimbulkan radang kronis telinga dalam.

Vertigo dapat dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebabnya, yaitu :

1. Vertigo laryngea, yaitu pusing karena serangan batuk.

2. Vertigo nocturna, yaitu rasa seolah-olah akan terjatuh pada permulaan tidur.

3. Vertigo ocularis, yaitu pusing karena penyakit mata, khususnya karena kelumpuhan

atau ketidakseimbangan kegiatan otot-otot bola mata.

4. Vertigo rotatoria, yaitu pusing seolah-olah semua di sekitar badan berputar-putar.


Ketika Anda merasakan serangan vertigo, ada beberapa tindakan yang dapat Anda lakukan :

1. Tarik napas dalam-dalam, kemudian pejamkan mata, dan segera mencari posisi yang

memungkinkan Anda berbaring. Jika tidak memungkinkan, maka segeralah duduk.

2. Jika Anda merasa mual dan ingin muntah, maka segeralah mencari bantuan orang-

orang di dekat Anda untuk membantu Anda ke toilet.

3. Ketika Anda berbaring, pertahankan posisi tersebut sampai serangan vertigo berkurang

atau hilang.

4. Buka mata perlahan lalu coba miringkan badan, atau kepala gerakkan kepala Anda

dengan perlahan. Jika dengan tindakan ini serangan vertigo ternyata datang kembali,

maka itu berarti Anda harus segera memejamkan mata, atau kembali ke posisi semula.

Pengobatan terhadap penyakit ini harus dilihat dahulu jenis penyakitnya. Obat untuk mengurangi vertigo yang ringan adalah meklizin, dimenhidrinat, perfenazin dan skopolamin. Skopolamin terutama berfungsi untuk mencegah motion sickness, yang terdapat dalam bentuk plester kulit dengan lama kerja selama beberapa hari.

Semua obat ini dapat menyebabkan kantuk, terutama pada usia lanjut. Anda juga dapat mengonsumsi obat antimuntah. Namun, jika sakitnya terus berlangsung, sebaiknya Anda segera menghubungi dokter.

10 Kebiasaan efektif pembicara Handal


Pembicara andal selalu menghadapi resiko pada saat ia berbicara atau berpresentasi walau begitu pembicara andal selalu fokus untuk tampil lebih baik Dibawah ini ada 10 kebiasaan efektif yang dilakukan seorang pembicara andal :

1. Selalu berusaha menemukan cara untuk menjadi pembicara andal. Selalu meningkatkan performa dari pengalaman yang dimiliki, selalu belajar dan mencari cara agar materi yang disampaikan sesuai dengan audiens.

2. Selalu tabah untuk meraih kesuksesan. Didalam dunia public speaking tidak ada yang instant. Jangan ragu untuk belajar pada sekolah presenter ataupun rajin-rajin bertanya pada ahli dalam public speaking.

3. Mencintai materi yang akan dibawakan. Audiens tidak akan mendengarkan anda jika anda sendiri tidak interest dengan materi yang anda bawakan.

4. Rasakan dan sensitive terhadap keinginan audiens. Bagikan pengalaman yang tidak menyenangkan kepada audiens ketika anda membawa acara.

5. Menghindari pernyataan maupun joke yang menyinggung audiens. Menggunakan anekdot ataupun quotation untuk menjaga konsentrasi audiens.

6. Menyiapkan materi presentasi dengan teliti. Belajar dari materi yang telah lampau dan menyempurnakannya berdasarkan pengalaman yang ada.

7. Membangun cerita untuk point penting dalam presentasi sehingga kemampuan untuk bercerita (story telling) harus selalu dipelajari.

8. Berkomunikasi dengan seluruh panca indera. 80% komunikasi yang efektif terjalin melalui komunikasi visual dan 20% dari audio dan verbal. Jangan remehkan alat Bantu visual dalam presentasi.

9. Latihan, untuk mencapai kesempurnaan. Berlatih didepan kaca dan teman.

10. Tidak lupa untuk mengapresiasikan diri sendiri. Bersyukur bahwa tidak semua orang diberi kesempatan dan kemampuan untuk menjadi seorang pembicara.

SELAMAT JALAN OMA TERCINTA

Sulit bagiku untuk melukiskan perasaan hati ini...Sedih, hancur,kehilangan orang terkasih untuk selamanya. Oma...sosoknya lembut penuh, penuh perhatian, keibuan, penyabar, pandai memasak dan tegas.Ya..Minggu 12 Aprill 2009, ia pergi selamanya...,meninggalkan kami anak-anak dan cucu-cucunya. Seharusnya Oma masih kami butuhkan kasih sayangnya..tapi, Tuhan berkendak lain. Dia sayang padaku karena baru bertemu ketika aku berumur 20-an, tadinya kami terpisah jauh aku di Manado dan Oma di Magetan- Jatim, tahun 2002 aku menyempatkan diri untuk berkunjung kesana'

Tubuh membujur kaku,derai air mata tak sanggup kubendung.Ya..Omaku telah pergi.Tangan ini gemetar,saat mengingat kasih sayangnya. Mata ini tak sanggup membendung butiran kristal di sudut mata. Hanya membisu mulut ini untuk mengucapkan "Oma betapa aku mencintaimu..betapa aku kini kehilanganmu". Mulut ini...nafas ini, menguntai doa mengantar kepergian Oma.

Aku harus tegar, seperti batu karang yang kokoh dan berdiri tegak dilautan.Aku harus dapat menjadi panutan bagi saudara-saudaraku.

Oh..Oma...kini tak lagi dapat kutemui senyum tulusmu, tak ada lagi petuah bijakmu terucap dari bibirmu. Oma...aku kehilanganmu..Oma..semoga abadi dan tenang engkau dalam pelukan kasih-Nya..

Ketika aku kembali membuka album foto kenangan kita., senyum kasihmu terpulas pada bibirmu Oma...tahukah engkau bahwa aku merindukanmu...

Oma..kuberharap dalam tidur panjangmu, SURGA menjadi tempat yang tepat karena aku yakin Oma benar-benar percaya kepada YESUS KRISTUS satu-satunya jalan keselamatan....

Selamat jalan Oma.....

Jumat, 10 April 2009

WAKAN TEMPO DOELOE 1860

Wakan merupakan Desakecil yang terletak di Kewedanan Amurang, di tempat ini ditemukan sebuah Gudang Kopi dan sebuah bangunan mungil yang berfungsi sebagai Gereja dan Sekolah. Sejarah berdiri Desa ini masih kabur, mungkin seabad yang lalu atau lebih, orang hanya mengenal daerah ini sewktu berburu atau mencari tempat pelarian karena terdesak oleh keadaan yang luar biasa, atau sekedar mencari tempat untuk memperoleh daerah baru sehingga beberapa keluarga dari beberapa kewedanan datang dan menetap disini, ada yang dari Sonder, Kawangkoan Atas, Langowan dan Tompaso. Tadinya daerah ini tidak bertuan. Menurut cerita pada masa pemerintahan Mayor Sonder, wilayah Wakan dan sekitarnya merupakan tempat pembuangan para pembangkang yang tidak mematuhi, namun certa ini masih simpang siur.

Desa Wakan mempunyai sumber air yang baik, hanya saja letaknya di sebuah goa, yang membuat penduduknya betah untuk menetap di sini, bebeda dengan Desa yang lain. Di tempat ini juga terdapat sebuah sekolah yang memenuhi syarat pendidikan baik secara Fisik maupun tenaga Gurunya, sehingga warga disini tidak tertinggal dari segi pendidikan. Demikian juga halnya dengan kekristenan disini cukup berkembang pesat.

Di sarikan dari Buku: MINAHASA. Negeri Rakyat dan Budaya. Oleh Pdt N. Graafland. 1860.

Rabu, 08 April 2009

BERWISATA KE BUKIT KASIH KANONANG




Bukit Kasih Kanonang adalah tempat wisata Religi yang terletak di Kanonang Kec.Kawangkoan Atas.Sulawesi Utara, dari Kota Manado kurang lebih satu setengah jam perjalanan, selain itu juga kita bisa menikmati pemandangan yang berbeda dengan tempat lain karena disini kita bisa menikmati Jagung/Milu Rebus yang direbus di dalam sumber mata air panas, selain karena harganya cukup murah juga karena sensasi menikmatinya...

Pokoknya seru....



PULAU MANADO TUA




Pada saat melihat Pulau ini dari Pelabuhan Kota Manado akan terlihat seperti Gunung di tengah-tengah laut, padahal kalau kita berkesempatan untuk berkunjung ke Pulau tersebut, kita akan melihat ternyata ada perkampungan yang sebagian besar penghuninya dari suku Sangir. Pulau ini juga menyimpan banyak misteri, ada yang mengatakan bahwa Pulau ini tadinya merupakan Gunung berapi yang aktif sehingga pada waktu daerah ini dikuasai oleh Kolonial belanda, bagian atas Pualau ini ditutupi oleh beton yang kurang lebih luasnya seperti lapangan sepak bola. menurut warga yang pernah keatas puncaknya, disana ada kejadian-kejadian yang berbau gaib/mistik
Penduduk di Pulau ini ternyata sangat ramah terhadap pendatang/turis, lautnya jernih yang belum tercemar oleh limbah industri sehingga banyak turis mancanegara yang tertarik untuk datang menikmati keindahan taman lautnya apalagi Pulau ini berdekatan dengan Taman Laut Bunaken.... Pokoknya kalau berkunjung ke Pulau ini pasti akan terpuaskan dan menjadi kenangan yang sangat sulit di lupakan.